Sabtu, 24 Februari 2018

Berikan perasaanmu pada orang yang tepat

Hari ini fenomena baper menjurus ke berbagai sisi kehidupan. Seseorang yang tak kunjung wisuda, bisa-bisa baper ketika diajak bicara tentang wisuda. Orang-orang yang belum Allah takdirkan bekerja di perusahaan tertentu, menjadi lebih baper dengan sering ditolaknya lamaran. Apalagi ketika ditanya kapan nikah, kabarnya itu adalah baper level tertinggi. Mengapa baper menjadi stigma negatif dalam kehidupan kita? Seolah-olah baper itu hanya dialami oleh orang-orang yang belum meraih apa yang ia impikan.

Katanya, baper merupakan kondisi dimana seseorang selalu melibatkan hati dan perasaan dalam setiap aktivitas dan kondisi. Makanya baper ini adalah singkatan dari "bawa perasaan". Benar atau tidak, saya juga tak tahu. Yang jelas, kata ini tak pernah saya jumpai dalam KBBI. Ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya tak pernah mendengar kata "baper" ini. Padahal semenjak lahir hingga hari ini, perasaan manusia itu akan selalu ada. Lalu mengapa baru sekarang istilah baper muncul ke dunia?

Mari kita menjunjung tinggi anugerah perasaan yang Allah berikan kepada kita. Mari pergunakan potensi perasaan ini untuk kemaslahatan umat. Wah, ini tulisan tak masuk akal nih. Mana bisa baper diberdayakan untuk kemaslahatan bersama?

Adalah Mitsuo Nagamachi, yang mampu
“mengukur” perasaan dan menunjukkan kaitan terhadap sifat atau ciri tertentu dari desain suatu produk. Dengan demikian suatu produk bisa didesain dengan menerjemahkan nilai perasaan tersebut. Metode ini mulai dikenalkan ke dunia tahun 1970 dengan sebutan "kansei engineering". Makanya arahkan perasaan bapermu kepada orang yang tepat (engineer). Meraka akan "mengambil" perasaanmu, menganalisa data menggunakan metode psikologi, ergonomi, kedokteran, atau metode rekayasa dan mendesain produk baru berdasarkan analisis informasi tersebut.

Kelihatannya memang tidak serius. Namun ini adalah wujud perkembangan dunia engineering yang sekarang mulai merambah dunia-dunia misterius, seperti perasaan. Masih belum percaya? Teman saya bahkan meraih gelar sarjananya berkat penelitiannya tentang dunia "baper-baperan" ini. Semuanya serius dan menggunakan metode-metode ilmiah sesuai prinsip-prinsip penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar