Senin, 14 April 2014

Hijab ala Dunia Maya


Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan  Maha Melihat hamba-hamba-Nya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi beliau dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.

Ikhwatifillah rahimakumullah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah menghadirkan media-media elektronik sebagai sumber informasi. Ada juga media sosial seperti facebook dan  twitter yang memberikan wadah untuk pergaulan sosial di dunia maya. Hadirnya medias ini tentu memberikan banyak efek pada kehidupan manusia, termasuk juga kehidupan aktivis dakwah kampus. Efek ini bisa bersifat positif maupun negatif. Kita sudah mengetahui bahwa facebook adalah produk yahudi yang seharusnya kita boikot. Namun karena berbagai alasan kita “terpaksa” juga menggunakan produk ini. Melalui penggunaan produk ini, ada masalah baru yang timbul di kalangan umat islam, apakah pergaulan di dunia maya ini memperhatikan hijab antara laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat)? Atau tidak ada hijab sama sekali, sehingga timbul ikhtilat?

Jika kita berbicara mengenai istilah per-ikhtilat-an, maka yang akan terbayang oleh kita adalah bercampur baurnya antara ikhwan dan akhwat. Tidak ada hijab yang membatasinya. Nah, bagaimana bisa percampurbauran itu bisa terjadi di dunia maya? Kita tentu tidak bertatap muka, jadi untuk apa hijab?

Ikhtilat itu tetap bisa terjadi walau di dunia maya sekali pun. Saat ini dunia sudah mulai canggih. Walau tidak bertatap muka secara langsung namun foto profil di facebook sudah mewakilinya. Belum lagi perbincangan-perbincangan yang terjadi, seakan-akan tidak ada lagi “pembatasnya”.

Bagaimanapun juga hubungan antara ikhwan akhwat harus dibatasi, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.  Islam sangat menganjurkan untuk seminimal mungkin dalam interaksi antara ikhwan dan akhwat yang bukan mahram dan meminimalkan bercampur baur.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)

Hijab yang paling utama ada dihati. Walau pun perbincangan yang terjadi tidak berhadap-hadapan, namun ketika hati sudah tidak ada hijabnya, maka akan tetap terjadi perbincangan yang tidak berguna dan berpotensi menimbulkan dosa. Hati adalah bagian tubuh yang sangat penting, dengan hati baik, seluruh tubuh manusia akan baik pula. Begitupun sebaliknya, jika hati ini sudah rusak, maka rusak jugalah seluruh tubuh orang yang bersangkutan.

Oleh karena itu, bergaul dan berinteraksi secukupnya dengan lawan jenis, meskipun di dunia maya sekalipun. Jika terpaksa berbicara dengan lawan jenis usahakan menundukkan pandangan, baik pandangan mata maupun pandangan hati. Terakhir mintalah pertolongan  kepada Allah agar diberikan kemudahan dan keselamatan hati.Terakhir saya ingin sampikan pesan kepada kita semua melalui video berikut. https://www.youtube.com/watch?v=sn5abg8Y2KQ

Semoga bermanfaat..
Wallahu A'lam Bishawab..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar