Segala puji bagi Allah,
yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hamba-Nya, Maha suci Allah,
Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya
penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan
kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada
kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan
sholawat dan salam bagi beliau dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang
berlimpah.
Ikhwatifillah
rahimakumullah
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah menghadirkan media-media
elektronik sebagai sumber informasi. Ada juga media sosial seperti facebook dan twitter
yang memberikan wadah untuk pergaulan sosial di dunia maya. Hadirnya medias ini
tentu memberikan banyak efek pada kehidupan manusia, termasuk juga kehidupan
aktivis dakwah kampus. Efek ini bisa bersifat positif maupun negatif. Kita sudah mengetahui bahwa facebook adalah produk yahudi yang seharusnya kita boikot. Namun
karena berbagai alasan kita “terpaksa” juga menggunakan produk ini. Melalui
penggunaan produk ini, ada masalah baru yang timbul di kalangan umat islam,
apakah pergaulan di dunia maya ini memperhatikan hijab antara laki-laki (ikhwan)
dan perempuan (akhwat)? Atau tidak ada hijab sama sekali, sehingga timbul ikhtilat?
Jika kita berbicara mengenai
istilah per-ikhtilat-an, maka yang akan terbayang oleh kita adalah bercampur
baurnya antara ikhwan dan akhwat. Tidak ada hijab yang membatasinya. Nah,
bagaimana bisa percampurbauran itu bisa terjadi di dunia maya? Kita tentu tidak
bertatap muka, jadi untuk apa hijab?
Ikhtilat itu tetap bisa
terjadi walau di dunia maya sekali pun. Saat ini dunia sudah mulai canggih. Walau
tidak bertatap muka secara langsung namun foto profil di facebook sudah mewakilinya. Belum lagi perbincangan-perbincangan
yang terjadi, seakan-akan tidak ada lagi “pembatasnya”.
Bagaimanapun
juga hubungan antara ikhwan akhwat harus dibatasi, baik di dunia nyata maupun
di dunia maya. Islam sangat menganjurkan
untuk seminimal mungkin dalam interaksi antara ikhwan dan akhwat yang bukan
mahram dan meminimalkan bercampur baur.
Allah Ta’ala
berfirman:
وَإِذَا
سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ
لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
“Apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang
tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.”
(Al-Ahzab: 53)
Hijab
yang paling utama ada dihati. Walau pun perbincangan yang terjadi tidak berhadap-hadapan,
namun ketika hati sudah tidak ada hijabnya, maka akan tetap terjadi
perbincangan yang tidak berguna dan berpotensi menimbulkan dosa. Hati adalah
bagian tubuh yang sangat penting, dengan hati baik, seluruh tubuh manusia akan
baik pula. Begitupun sebaliknya, jika hati ini sudah rusak, maka rusak jugalah
seluruh tubuh orang yang bersangkutan.
Oleh karena itu, bergaul
dan berinteraksi secukupnya dengan lawan jenis, meskipun di dunia maya
sekalipun. Jika terpaksa berbicara dengan lawan jenis usahakan menundukkan
pandangan, baik pandangan mata maupun pandangan hati. Terakhir mintalah
pertolongan kepada Allah agar diberikan
kemudahan dan keselamatan hati.Terakhir saya ingin sampikan pesan kepada kita semua melalui video berikut. https://www.youtube.com/watch?v=sn5abg8Y2KQ
Semoga bermanfaat..
Wallahu
A'lam Bishawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar