Senin, 09 November 2015

Sedikit Cerita dari Perjalanan KKN di Sijunjung

Pamuatan, sebuah nagari kecil di Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung. Pada pertengan tahun 2015 ini, saya ditakdirkan untuk berkunjung dan tinggal di daerah tesebut selama kurang lebih 40 hari. Kegiatan tersebut bertajuk Kuliah Keja Nyata Pembelajaran dan pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Andalas. Ini adalah suatu program dari Unand dalam rangka aplikasi salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sebagai mahasiswa saya sangat memanfaatkan kegiatan ini secara maksimal, baik untuk perbaikan diri sendiri, untuk kemajuan Unand dan demi cita-cita paling mulia yaitu mengabdi pada masyarakat.

Aristoteles pernah menjelasakan bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon), yang artinya setiap manusia harus berinteraksi dengan manusia lain dan tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Interaksi disini bukan hanya bergaul dengan orang-orang dalam golongan tertentu saja, namun berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, lebih dari 80 % mahasiswa hanya berinteraksi dengan satu golongan tertentu, yaitu sesama mahasiswa. Kehidupan dan aktivitas di kampus telah menjadikan mahasiswa tidak memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat luas. Di tengan situasi seperti ini, Unand telah merancang solusi yang tepat, yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan KKN-PPM.


 Saya dan 32 orang teman yang lain mengikuti kegiatan KKN-PPM di Nagari Pamuatan, Kabupaten Sijunjung. Di sana saya merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Semua lapisan masyarakat, adat dan kebudayaan, serta lingkungan alam sekitar adalah objek baru yang menjadi bagian dari kehipunan kami. Tanpa dipungkiri, interaksi pasti akan terjadi di sana. Hanya saja setiap mahasiswa memiliki metode dan cara tersendiri dalam berinteraksi. Itu adalah suatu hal yang wajar dan harus didukung secara bersama-sama. Perbedaan inilah yang akan menjadikan kehidupan menjadi lebih menarik dan tidak monoton.

Mahasiswa memang harus kreatif dalam berinteraksi dengan lebih dari satu golongan masyarakat. Secara umum, terdapat tiga golongan masyarakat, yaitu golongan anak-anak, pemuda dan dewasa. Secara alamiah, setiap mahasiswa akan lebih mudah berinterkasi dengan golongan pemuda karena mahasiswa itu sendiri juga seorang pemuda. Dengan demikian, pola pikir dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari akan cenderung sama. Saya rasa interaksi dengan golongan ini berjalan lancar tanpa ada pemasalahan yang substansial. Pendapat ini sudah terbukti dengan beberapa agenda kebersamaan yang dilaksanan bersama pemuda, seperti kegiatan bakar-bakar jagung, bermain badminton dan sebagainya.

Golongan yang kedua adalah anak-anak. Saya lebih menfokuskan golongan ini pada mereka yang duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kehidupan mereka sangat unik dan penuh keceriaan, seolah-olah tidak ada pemasalahan yang terjadi di dunia ini. Kami juga berkesempatan untuk “masuk” dalam kehidupan mereka dengan cara-cara yang tepat. Sekolah dan TPQ (Taman Pendidikan Alquran) menjadi sarana kami untuk berinteraksi dengan mereka. Kehipunan mereka sungguh sederhana dan tidak banyak persoalan. Cara paling tepat untuk menjadi bagian dari kehidupan mereka adalah dengan mengikuti pola-pola kehidupan mereka, tetapi masih dalam konteks yang normal. Setelah kita kehadira kita sudah diterima disana, inilah momentum terbaik untuk menyampaikan semua hal tentang kebaikan kepada mereka. Kita bisa arahkan mereka menjadi manusia yang lebih baik di masa datang.
Terakhir terdapat golongan dewasa, yaitu mereka yang secara kehidupan sudah lebih stabil dan memiliki visi yang jelas dalam kehidupannya. Saya menganggap lapisan masyarakat ini sebagai golongan terberat dalam berinteraksi dengan mahasiswa. Bagaimana pun juga, mereka sudah lebih matang dan memiliki pola pikir yang berbeda dengan para pemuda. Selain itu, kesibukan dan aktivitas harian mereka membuat waktu untuk bersama mahasiswa tidak begitu banyak. Saya tahu bahwa kehadiran mahasiswa dalam lingkungan mereka adalah suatu hal yang menggembirakan. Ada sebuah hal baru yang mereka rasakan, hanya saja terdapat beberapa faktor yang menghalangi interaksi tersebut. Dalam situsi seperti ini mahasiswa dituntut untuk menggagas ide kreatif dalam berinteraksi dengan mereka. Di akhir-akhir masa KKN kami menemukan ide tersebut. Sebuah acara Pentas Seni terselenggara dengan baik dan antusiasme yang tinggi terlihat dari semua lapisan masyarakat. Tentu saja dalam penyelenggaran Pentas Seni ini ada unsur-unsur tertentu yang membuat golongan dewasa ini menjadi tertarik dengan kegiatan kami. Salah satu unsur yang kami masukan adalah dengan mengadakan acara Randai dalam rangkaian Pentas Seni tersebut. Kita sama-sama mengetahui bahwa Randai merupakan kesenian tradisional Minangkabau yang saat ini sudah mulai ditinggalkan. Dengan kehadiran acara ini tentu sebuah ketertarikan dan antusiasme datang dari diri mereka.

Saya meyakini bahwa faktor waktu menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan interaksi sosial setiap mahasiswa. Dengan durasi KKN selama 40 hari, berbagai interaksi telah berhasil dilakukan dengan baik. Kita semua berharap, waktu selama 40 hari tersebut menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarya. Interaksi yang lebih rumit pasti akan kita alami di kehipunan pasca kampus nantinya.

Terakhir secara pribadi saya mengucapkan terimakasih kepada Unand, BP-KKN, Pemerintah Kabupaten Sijunjung, dan Masyarakat Nagari Pamuatan yang telah memberi kesempatan yang sangat berharga untuk belajar banyak hal tentang kehidupan ini. Selanjutnya kepada kawan-kawan seperjuangan KKN Pamuatan 2015, saya ucapkan terimakasih atas waktu dan kebersamaan yang telah kita lalui, semoga kesuksesan berpihak kepada kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar