Pamuatan,
sebuah nagari kecil di Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung. Pada pertengan tahun 2015 ini, saya ditakdirkan untuk berkunjung dan tinggal di daerah tesebut
selama kurang lebih 40 hari. Kegiatan tersebut bertajuk Kuliah Keja Nyata
Pembelajaran dan pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Andalas.
Ini adalah suatu program dari Unand dalam rangka aplikasi salah satu tri dharma
perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sebagai mahasiswa saya
sangat memanfaatkan kegiatan ini secara maksimal, baik untuk perbaikan diri
sendiri, untuk kemajuan Unand dan demi cita-cita paling mulia yaitu mengabdi
pada masyarakat.
Aristoteles
pernah menjelasakan bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon), yang artinya setiap manusia harus berinteraksi
dengan manusia lain dan tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Interaksi disini bukan hanya bergaul dengan orang-orang dalam golongan tertentu
saja, namun berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat. Berdasarkan
pengamatan yang saya lakukan, lebih dari 80 % mahasiswa hanya berinteraksi
dengan satu golongan tertentu, yaitu sesama mahasiswa. Kehidupan dan aktivitas
di kampus telah menjadikan mahasiswa tidak memiliki banyak waktu untuk
berinteraksi dengan masyarakat luas. Di tengan situasi seperti ini, Unand telah
merancang solusi yang tepat, yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan KKN-PPM.


Saya dan 32 orang teman yang lain mengikuti kegiatan KKN-PPM di Nagari Pamuatan, Kabupaten Sijunjung. Di sana saya merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Semua lapisan masyarakat, adat dan kebudayaan, serta lingkungan alam sekitar adalah objek baru yang menjadi bagian dari kehipunan kami. Tanpa dipungkiri, interaksi pasti akan terjadi di sana. Hanya saja setiap mahasiswa memiliki metode dan cara tersendiri dalam berinteraksi. Itu adalah suatu hal yang wajar dan harus didukung secara bersama-sama. Perbedaan inilah yang akan menjadikan kehidupan menjadi lebih menarik dan tidak monoton.
Mahasiswa
memang harus kreatif dalam berinteraksi dengan lebih dari satu golongan
masyarakat. Secara umum, terdapat tiga golongan masyarakat, yaitu golongan
anak-anak, pemuda dan dewasa. Secara alamiah, setiap mahasiswa akan lebih mudah
berinterkasi dengan golongan pemuda karena mahasiswa itu sendiri juga seorang
pemuda. Dengan demikian, pola pikir dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari
akan cenderung sama. Saya rasa interaksi dengan golongan ini berjalan lancar
tanpa ada pemasalahan yang substansial. Pendapat ini sudah terbukti dengan
beberapa agenda kebersamaan yang dilaksanan bersama pemuda, seperti kegiatan
bakar-bakar jagung, bermain badminton dan sebagainya.
Golongan
yang kedua adalah anak-anak. Saya lebih menfokuskan golongan ini pada mereka
yang duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kehidupan mereka sangat unik dan penuh
keceriaan, seolah-olah tidak ada pemasalahan yang terjadi di dunia ini. Kami
juga berkesempatan untuk “masuk” dalam kehidupan mereka dengan cara-cara yang
tepat. Sekolah dan TPQ (Taman Pendidikan Alquran) menjadi sarana kami untuk
berinteraksi dengan mereka. Kehipunan mereka sungguh sederhana dan tidak banyak
persoalan. Cara paling tepat untuk menjadi bagian dari kehidupan mereka adalah
dengan mengikuti pola-pola kehidupan mereka, tetapi masih dalam konteks yang
normal. Setelah kita kehadira kita sudah diterima disana, inilah momentum
terbaik untuk menyampaikan semua hal tentang kebaikan kepada mereka. Kita bisa
arahkan mereka menjadi manusia yang lebih baik di masa datang.
Terakhir
terdapat golongan dewasa, yaitu mereka yang secara kehidupan sudah lebih stabil
dan memiliki visi yang jelas dalam kehidupannya. Saya menganggap lapisan
masyarakat ini sebagai golongan terberat dalam berinteraksi dengan mahasiswa.
Bagaimana pun juga, mereka sudah lebih matang dan memiliki pola pikir yang
berbeda dengan para pemuda. Selain itu, kesibukan dan aktivitas harian mereka
membuat waktu untuk bersama mahasiswa tidak begitu banyak. Saya tahu bahwa
kehadiran mahasiswa dalam lingkungan mereka adalah suatu hal yang menggembirakan.
Ada sebuah hal baru yang mereka rasakan, hanya saja terdapat beberapa faktor
yang menghalangi interaksi tersebut. Dalam situsi seperti ini mahasiswa
dituntut untuk menggagas ide kreatif dalam berinteraksi dengan mereka. Di
akhir-akhir masa KKN kami menemukan ide tersebut. Sebuah acara Pentas Seni
terselenggara dengan baik dan antusiasme yang tinggi terlihat dari semua
lapisan masyarakat. Tentu saja dalam penyelenggaran Pentas Seni ini ada
unsur-unsur tertentu yang membuat golongan dewasa ini menjadi tertarik dengan
kegiatan kami. Salah satu unsur yang kami masukan adalah dengan mengadakan
acara Randai dalam rangkaian Pentas Seni tersebut. Kita sama-sama mengetahui
bahwa Randai merupakan kesenian tradisional Minangkabau yang saat ini sudah
mulai ditinggalkan. Dengan kehadiran acara ini tentu sebuah ketertarikan dan
antusiasme datang dari diri mereka.
Saya
meyakini bahwa faktor waktu menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan
interaksi sosial setiap mahasiswa. Dengan durasi KKN selama 40 hari, berbagai
interaksi telah berhasil dilakukan dengan baik. Kita semua berharap, waktu
selama 40 hari tersebut menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarya. Interaksi yang lebih rumit pasti akan
kita alami di kehipunan pasca kampus nantinya.
Terakhir
secara pribadi saya mengucapkan terimakasih kepada Unand, BP-KKN, Pemerintah
Kabupaten Sijunjung, dan Masyarakat Nagari Pamuatan yang telah memberi
kesempatan yang sangat berharga untuk belajar banyak hal tentang kehidupan ini.
Selanjutnya kepada kawan-kawan seperjuangan KKN Pamuatan 2015, saya ucapkan
terimakasih atas waktu dan kebersamaan yang telah kita lalui, semoga kesuksesan
berpihak kepada kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar