“Untuk pertemuan minggu depan, coba saudara cari satu buah
jurnal dalam bahasa inggris, kemudian saudara review jurnal tersebu. Minggu depan kita akan pilih beberapa orang
yang akan mempresentasikan review jurnalnya.” Itulah dua kalimat salah seorang
dosen yang membuat para mahasiswa sedikit tergaduh ketenangannya. Setelah 6
hari 12 jam kemudian, barulah para mahasiswa ini mencari jurnal yang sesuai
dengan instruksi dosen tersebut. Mereka mulai membuka laptop, kemudian membuka
web browsing. Satu kata yang mereka ketikan di URL adalah “goole.com”. Semuanya
bersemangat mencari jurnal dengan bantuan “google”. Tak berapa lama, mereka pun
menemukan jurnal yang dicari, kemudian menterjemahkan abstrak jurnal dengan
bantuan translate.google.com. Tak sampai 1 menit, jurnal telah siap untuk diprint
dan diserahkan ke dosen. Lalu apa yang terjadi ketika semua mahasiswa yang
notabene adalah penerus perjuangan bangsa ini melakukan hal tersebut?
Pada abad ke 21 ini, akses informasi telah mencapai
puncaknya. Informasi apa saja dapat diperoleh dalam waktu singkat hanya dengan duduk
di depan komputer. Ketika ada permasalahan yang harus diselesaikan, kita punya
banyak tool untuk membantu menyelesaikan
masalah tersebut. Hanya dengan melakukan kombinasi klik dan ketikan beberapa
kata di keyboard, hasil yang kita harapkan sudah berada di tangan. Itulah yang
dinamakan software. Apa saja permasalahan, kita punya software untuk
menyelesaikannya.
.jpg)
Penggunaan teknologi tanpa didukung dengan analisis yang kuat
terhadap kasus yang dibahas, justru akan semakin melemahkan pemikiran para mahasiswa.
Mereka menjadi malas berfikir untuk menterjemahkan bahasa inggris secara
manual. Mereka tidak berfikir bagaimana hasil programa linear-nya seperti itu.
Yang penting, hasil akhir yang dicari sudah dapat. Bagaimana membaca hasil
tersebut, itulah yang belum dipahami oleh sebagian besar mahasiswa. Seolah-olah,
kita dikendalikan oleh teknologi. Apa kata “google translate”, itulah yang
dipresentasikan saat kuliah. Apa kata software LINGO, maka itulah solusi
optimumnya. Micrososft Excel menampilkan grafik, maka itulah grafik yang kita
gunakan. Semuanya memperoleh hasil yang diinginkan, namun bagaimana membaca,
memahami dan menginterpretasikan hasil tersebut, tidak semua orang bisa
melakukannya. Jadi seolah-olah kita dikendalikan oleh teknologi, seharusnya
kitalah yang mengendalikan teknologi itu.
Penggunaan teknologi akan memberikan banyak manfaat ketika
teknologi tersebut diintegrasikan dengan pemahaman dana analisis dari
permasalahan yang dibahas. Kita harus tahu apa permasalahannya, bisa
menganalisis masalah tersebut, dan tahu bagaimana cara menyelesaikannya.
Kemudian kita gunakan teknologi untuk membantu kita dalam menyelesaikan
masalah. Lalu yang terpenting adalah kita paham dengan hasil atau solusi didapat
serta mampu menginterpretasikan hasilnya.
Google Translate hasilnya juga tidak bagus, struktur kalimat terjemahannya berantakan, harus diedit dulu baru bisa dimengerti. Jadi menerjemahkan manual jauh lebih baik sekalian belajar agar skill bahasa Inggrisnya meningkat :D
BalasHapusKlau kita dikendalikan oleh teknologi ya tidak apa apa lh, yg penting kita juga bisa menguasai dan mengndalikan teknologi.
BalasHapusSebenarnya tidak ada yang salah dengan cara kita menggunakan teknologi.Namun yg perlu ketahui adalah mengapa output dari suatu teknologi seperti itu, dan kita mampu menganalisis hasilnya. Di situlah nilai tambah (value) kita dibandingkan dgn teknologi..
BalasHapus